Lost in Cikini: Berburu Kuliner Di Daerah Cikini.
foto 1-4 dari kiri ke kanan : saya -Angel-Icin- cake pesanan kami
Disclaimer : oke, sebelumnya sorry banget, berhubung kemarin
sibuk UTS jadinya baru bisa diposting sekarang.
Are u ready? Cekidot!
***
Holiday! AAAA finally, welcome free-day! Even only on Friday.
Yang namanya li-bu-ran bagi mahasiswa emang banrang langka
banget, makanya harus dimanfaatin sebaik-baiknya. Surely!
Sebagai penggiat kuliner, alias doyan kesana kemari buat nyobain
kuliner asik. Halah. Dan karena efek udah jarang banget ketemu meskipun dalam
satu kota. Akhirnya jumat kemarin, 29 Maret 2013, setelah diplanning cukup lama, dan sempet galau
mau kemana, ya mengingat akhir bulan sih, tau kan ya what I mean? Hehehe. Gue,
Icin dan Angel memutuskan buat menjelajahi cikini.
Yihaaa Cikini, we’re
coming!
Mungkin banyak yang terheran-heran, “jadi lo bela-belain kesana naik umum cuma mau berkuliner ria?”
Nggak salah sih. Toh, tiap-tiap orang emang punya pendapat
yang berbeda-beda kan ya?
Namanya juga passion,
ya pastinya bakalan dilakuin dan dinikmatin, eventhough mencapai kesananya itu butuh perjuangan. Why not?
Oke,kita mulai our
journey.
Setelah berngaret-ngaret ria, janjian setengah 9 tapi
kenyatannya nyampe jam setengah 10. Kitapun berangkat dari Stasiun Cilebut.
Karena hari libur, ya dipikiran kita, ya selow aja sih pasti dapet duduk. Eh
pas udah bayar karcis dan masuk ke tempat nunggu keretanya. Doeng! Penuh meen. OMG banget lah
pokoknya, mana sempet dicancel gitu commuter line yang menuju kotanya.
Alhasil kita rada-rada wasting time
yang lumayan lama.
Oke, perjuangan belum selesai!
Naik kereta dan mesti menebarkan
senyum rada maksa sih, kereta penuh, mesti berdiri, super crowded, dan PANAS!
Nah ini yang nggak ngerti banget. Hell-o! Kita bayar karcis yang 9 ribu loh,
tapi pelayanannya setaraf karcis dua-ribuan. WTH!
Sampai depok dan akhirnya mesti
mengikhlaskan (lagi), keretenya ada masalah cukup parah dan mesti rela nunggu
kereta berikutnya. H-u-f-t.
Pengalaman pertama
juga sih berangkat naik kereta yang menguras emosi jiwa raga, apalagi buat
Icin. Poor her, terakhir doi naik
kereta jamannya SMA pas Bedah Kampus UI
hihihi. Metyaw beib!
Anyway ngomongin UI, ah sampai
detik ini kamu masih kampus impianku loh....Hiks!
(Gak sadar diri banget besok udah
UTS aja :p)
Berhubung manusia satu ini,
Angelina Indrayana udah paham banget sama yang namanya Cikini, secara kakeknya
berdomisili di sekitar situ, jadilah Angel bermultifungsi menjadi tourguide kita. Akhirnya kita berakting layaknya para turis.
Nyahaha jadi bule sehari asik juga ternyata. I mean selepas turun kereta
dan get out dari St.Cikini kita kebanyakan
jalan kakinya daripada naik kendaraannya. Yep, itung-itung bakar lemak dan go green!:p
Cikini, ternyata daerah ini bukan
hanya daerah biasa, namun kaya akan tempat-tempat berkuliner ria yang juga
banyak unsur vintagenya. Aksesnya
juga gampang dan terjamah untuk para pelancong yang tidak membawa kendaraan
pribadi. Sambil berjalan pagi kita bisa menikmati view yang ada. Bukan hanya gedung-gedung pencakar langit yang bisa
kita lahit. Namun di samping unsur-unsur modern yang terpampang nyata,
unsur-unsur klasik pun bisa mengimbanginya. Sungguh penataan yang baik.
Bakul
koffie, toko roti Tan Ek Tjoan, museum,
dan berbagai toko yang masih menggunakan bangunan tempo doelo, juga terdapat butik ala-ala vintage bernama toko Nyonya.
Sayangnya tutup, hmm mungkin efek libur juga ya. Padahal lagi sale loh. Yayaya kita belum beruntung.
Perhentian pertama kami dimulai
di MCD, mungkin banyak yang
bertanya-tanya ; kok udah jauh-jauh dari
Bogor malah ke MCD sih? Berhubung perjalanan Bogor-Cikini kami habiskan
untuk mengobrol sambil berdiri. Yang nasib banget nggak bisa nyicipin yang
namanya duduk. Juga efek kereta hari itu yang penuhnya juara banget, ya mau
nggak mau kami butuh banget ngadem untuk beberapa saat sebelum melanjutkan
wisata kuliner kami.
AC yang super pool bak surga dunia dan segelas coke float (Angel dan saya) kalau Icin
sih fanta float dia, berhasil mencharge energi kami yang sebelumnya sempat melemah.
We got you, Bakmi Roxy!
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, lumayan pegal juga dan panas
matahri yang setia mkenyengat kami. Silaw asli men! Voila! Sampailah kami di sebuah kedai bakmi yang saat itu tidak
terlalu ramai. Kipas Angin, begitu melihat kipas angin mata kami kalau di
kartun-kartun sih seakan-akan berwarna hijaun bak melihat duit. Betul sekali
saudara-saudara, kami butuh ngadem.
Awalnya sih sempet ragu melihat
porsi mie yang masnya kasih. Dikit
banget, begitulah kira-kira yang ada di pikiran kami. Namun setelah kami
memakannya ternyata bukan kenyang lago yang kami rasakan. Ke-nyang ba-nget.
Semangkuk mie ayam spesi8al lengkap dengan semangkuk pangsit dan bakso dalam
hitungan kurang dari setengah jam ludes di tangan kami. Eh, mungkin setengah
jam pas kali yah, soalnya saya sempet ngecas hp juga sih disana.
Udah kenyang dan..Thanks God we
are full!
Perjalanan belum selesai dan
justru baru dimulai, setelah menunaikan sholat ashar di salah satu pusat
perbelanjaan yang saya lupa namanya, kamipun melanjutkan perjalanan
selanjutnya. Ice cream Baltic, wait
us! Berhubung kami dalam masa pengiritan, jadi ya kami lebih prefer pake bajay
daripada taksi. Hehehehe ketauan banget deh ya udah itung-itung cost and benefitnya.
Macet, panas, ya udah biasa sih.
Namanya juga ibukota kita tercinta. #IfYouKnowWhatImean
Akhirnya sampai juga di destinasi
ke-tiga. Sempet shock dikit sih awalya. Soalnya di bayangan saya tempatnya
luas, bergaya vintage, dan bercat minimalis. Ternyata ice cream Baltic ini terletak di ujung tikungan di sebuah ruko yang
berukuran minimalis.
Kesan pertama nggak selalu benar
sih, ternyata pas masuk ke dalam suasananya lumayan nyaman. Es krimnya enaaaak!
Buahnya kerasa banget, dan kata angel sih memang disini proses pembuatannya
tidak menggunakan pengawet, makanya cepet cair. FYI saya habis dua buah loh,
yang satu es krim batang alpukat-coklat (maksudnya pake gagang gitu deh) dan
satunya ice cream dengan tempat yang mini. Halaaah, saya bingung
menjabarkannya.
Sayang beribu sayang, ternyata tart ice creamnya sedang tidak bisa dipesan,
dan kalo dipesan harus selusin gitu. Gagal
deh ya.Sempat juga ingin membawa beberapa buah untuk oleh-oleh orang rumah,
tapi dry icenya cuma bertahan 3 jam
sedangkan perjalanan kami untuk sampai ke rumah masih panjang. Hffft!
Kelebihan berwisata kuliner di
kota orang adalah kebebasan yang tidak kita miliki jika berada di tempat kita
sendiri. Jalan-jalan kaki layaknya turis, bercanda-tawa sepanjang jalan, dan
sejenak berhenti untuk berfoto tanpa khawatir bertemu orang yang kita kenal. Like a boss gitu deh.
Makan lagi, Bakar lemak lagi.
Makan, makan, makan, bakar lemak lagi, lagi, dan lagi. Balanced!
Yap, berhubung kami masih ingin mencicipi dessert di cheese cake factory, jadilah
kami menempuh perjalanan ke tempat tersebut dengan berjalan kaki alias berjjs ria. (baca : jalan-jalan sore)
Menikmati suasana Cikini di sore
hari, hiruk pikuknya deretan toko buku
kwitang, menatapi sisa-sisa kejayaan masa lalu dengan bangunan-bangunannya yang
menyiratkan berbagai cerita, serta sejenak memandangi suasana jakarta sore itu.
Ahhhh really love our quality time!
Last destination : Cheesecake factory.
Bahagia itu sederhana, bersama
orang yang tepat, pada waktu yang tepat dan di tempat yang tepat. Kalau pake
lagunya mbak Rihanna sih, we found love! Dengan
mata yang berbinar-binar dan perasaan senang yang membuncah kami memasuki cake
factory yang sudah tidak diragukan kelezatannya, karena Angel sudah pernah
mencicipi salah satu variannya sebelumnya. Sempet bingung untuk memilih yang
mana, rasanya mau semuanya. Harum cake-nya merebak di indra penciuman kami,
suasana tempatnya yang cozy, elegant, bahkan terkesan glamor serta pelayanannya
yang sangat baik menambah nilai plus dari tempat ini.
Harga berbanding lurus dengan kualitas berlaku di tempat ini, dengan harga per slice sebesar 22.500 kami menikmati pesanan masing-masing. Well, nggak-nyesel-pake-banget. Rasanya kayak surga! Bahkan saking sayangnya sama kuenya, cin sampai nggak mau makan. Karena udah kenyang juga, akhirnya kami hanya memeasan cake dan minuman. Saya dengan blueberry cheesecake, Icin dengan oreo cheesecake dan Angel dengan brownies cheesecake.
Akhirnya sore yang indah di Cikini ditutup dengan mampir sekilas di seven eleven. Rasanya puas banget berkuliner dengan gaya ala ransel (salah satu acara di trans tv : koper vs ransel), hati senang, perut kenyang, dan bersahabat dengan kantong. Kami sadar masih banyak sudut di Cikini yang belum kami datangi, bubur ayam cikini yang enak, nasi gila, maupun kedai ala tempo doeloe maupun seafood di salah satu warung tenda yang terkenal akan kenikmatannya. Tapi perpisahan itu mesti datang juga mengingat kami harus berjuang (lagi) untuk dapat pulang ke Bogor. rencananya sih next time mau nginep di tempatnya Angel biar puas, hihi sekalian bisa mencicipi kuliner malam ala cikini juga. Amiiiin !O:)
Manisnya kebahagiaan dan kerasnya perjuangan menjadi pelajaran yang kami dapatkan dari wisata kuliner kali ini. Itulah kehidupan, adakalanya kita mesti berjuang keras untuk mendapatkan yang kita inginkan, enjoy the process and never gives up.
Ini ceritaku mana ceritamu?
See ya!
The-galleries!:))
sebelum makan gaya dulu :p (sesi icip-icip oreo cheesecakenya icin)
I love being us!
we only life once! The jadulers
Moments life on picture. Just smile & say cheeeeseeee!