Jika aku bukan takdirmu karena kesalahanmu, maukah kau merubahnya
untukku?
***
Distance
mean nothing when people means everything. LDR yap LDR, 3 huruf yang paling aku
benci sejak SMA. Kata orang, berpisah jarak tidak akan merubah segalanya karena
zaman sudah semakin maju. Skype,
twitter, facebok, YM, dan kawan-kawannya sudah tersedia untuk memperlancar
komunikasi dan membuat kita tidak hanya terpaku pada email, bahkan surat yang
mesti menunggu jawaban berbulan-bulan.
Katanya sih semua akan menjadi mudah. Sekarang jarak dan waktu
bukan menjadi masalah. Life gettin’
easier nowadays.
Itu kata orang, bukan kataku.
***
Tahun ini tepat tahun ketiga aku di perguruan tinggi. Rasanya baru
kemarin aku melaksanakan OSPEK, dikerjain senior, menjelajahi kampus, sampai bertemu
dengan seseorang yang menjungkirbalikkan hatiku.
Rekha Aditya. Senior yang mencuri perhatian hampir seluruh peserta
OSPEK wanita di fakultasku. Jabatannya sebagai ketua pelaksana Masa Pengenalan
Fakultas sekaligus ketua Himpunan Profesi Mahasiswa (Himpro) di jurusanku
menjadikannya memiliki kharisma yang mampu membuat berpuluh-puluh pasang mata
rela untuk terpana sesaat mengagumi dirinya. Ketampanannya, aura pemimpinnya,
serta kharisma yang terpancar dari dalam dirinya.
Ironis memang, tadinya aku tak menyangka perjalanan cintaku
layaknya novel-novel remaja yang sering aku baca.
Berawal dari musuhan, perdamaian, hingga sesi menyatakan cinta.
Yayaya. Mungkin kalian akan menertawakan aku bukan? Rasanya
terlalu klise dan teramat mulus. Terlalu indah, dan terlalu mudah. Namun takdir berkata lain, kisah cintaku tidak
berakhir seperti di novel-novel yang aku baca. Happy ending ternyata hanya menjadi pemanis cerita cinta kami.
Mengingat kata ‘takdir’ seakan membuat
dadaku sesak.
Karena takdir kita bertemu, dan karena takdir pula kita berpisah.
Hello. How
are you? I miss you.
***
“Key, are you ok?’” tepukan
halus Nina di bahuku mengembalikanku pada dunia nyata. Entah sejak kapan
melamun menjadi kegiatan favoritku, apalagi melamunkan masa lalu.
Oh, God.
“Absolutely ok.” Kataku sembari menyunggingkan senyumku pada Nina,
teman sejurusan sekaligus teman se-kosan-ku.
Nina menatapku
sekilas. Tatapannya seakan menelanjangiku. Ya aku tahu, sejauh apapun aku
mengelak, Nina pasti mengetahui isi hatiku. Terkadang teramat menyebalkan
memang, tapi bukankah itu yang namanya sahabat?
“Udahlah nggak
usah bohong sama gue. I know what you
feel kok. Let it flow aja Key, toh pada waktunya semua akan terjawab
kok.”
“Anyway gue
cabut dulu. Baik-baik Key jangan depresi terus bunuh diri deh.”
“Yakali Nin
gue masih punya Tuhan. Lo kira gue abege labil apa?”
Aku membela
diri, enak saja dirinya menyamakanku dengan bocah bau kencur yang baru putus
cinta. Dasar Nina!
“Jaga-jaga aja
Key, siapa tau lo kelewat galau hahahaha. Kalo ada apa-apa call maybe ya!” Dan setelah itu Ninapun menghilang di balik pintu
kamarku tetpi tawanya masih menggema memenuhi ruangan ini.
Nina Karenina,
sahabtku yang nasib percintaannya tidak jauh denganku. Yayaya, rasanya aku
ingin tertawa saja, bagaimana ceritanya dua orang anak manusia yang saling
bersahabat ternyata memiliki kisah yang sebelas dua-belas. Takdir mempertemukan
kami yang sibuk menata serpihan hati dan pada akhirnya sama-sama saling
membantu untuk menghibur diri.
That’s way aku selalu memanggilnya rekan nostalgia sepanjang
jalan kenangan.
***
Tak
seharusnya kau berpaling dariku
Disaat
kuharus jauh darimu
Karena
aku masih mencintaimu
Dan
yakin diriku
Hanyalah
untukmu
Rezeki tidak boleh disia-siakan karena akan menjadi mubazir. Tawaran pertukaran pelajar selama setahun menjadi awal mula duri dari perjalanan cinta yang aku rajut bersama Rekha. Paris, my dream, my wishes everynight.
Bukankah kita pernah berjanji untuk saling setia meski tidak bersama?
Bukankah yang namanya kekasih akan selalu mendukung yang terbaik bagi pasangannya?
Lalu apakah janji hanya sekedar ucapan manis yang dirangkai menjadi kata-kata yang kelewat indah?
From my deepest heart, i'm sorry buddy.
so, hopefully all of you will enjoy it. Happy reading!
PS: ini emang baru pemanasan sih, tapi semoga bisa berjalan lagi.
Lanjutin mbak Ifa, biar gak kaku-kaku lagi :D
ReplyDeleteSalam,
Puput