Reborn
#2 Move on
--------
“Gue denger dari tante Vanya katanya lo mau move on ya? Duhileeeh gaya bener.”
Waktu masih menunjukkan pukul 9 pagi saat Alvin tiba di rumah Ify. Berhubung Alvin sudah dianggap anak oleh Keluarga Wijaya, nggak heran kalau Alvin bisa dengan mudahnya keluar masuk ke kediaman keluarga tersebut. Sementara si empunya rumah, Ify, sedang asyik menikmati film favoritnya dari layar kaca. Apalagi kalau bukan Barbie.
“Berisik lo sipit. Ganggu aja.” Ucap Ify sambil melemparkan bantal sofa ke arah Alvin. Beruntung Alvin sigap dan dapat menangkap dengan baik “serangan” dari Ify itu dan malah mendekap bantal tersebut erat-erat sambil duduk di sebelah Ify.
“Kaya gini bilangnya mau move on. Wake up non. Di dunia ini nggak segampang itu bikin ending yang membahagiakan.”
“I know Alvin Dewantara, tapi bisa nggak sih lo diem dan duduk dengan tenang sampai film favorit gue selesai?” kali ini Ify nggak segan-segan memberikan tatapan tajamnya kepada Alvin.
Biasanya, di waktu libur kayak gini banyak banget film barbie yang diputar di layar kaca. Makanya, meskipun masih memakai baju kebesarannya, piyama bercorak bunga-bunga, Ify udah stay tune di depan tv setengah jam sebelum film dimulai.
Toh, nggak ada salahnya bukan membayangkan adegan sang putri dengan pangeran meskipun hanya bisa mendatangkan kesenangan sesaat?
***
“Yaampun, anak gadis mama udah jam segini masih aja males-malesan. Gimana jodohnya mau dateng? Vanya yang baru pulang senam melihat anak gadisnya masih asik menonton televisi dengan Alvin yang sedang bermain gadget di sebelahnya.
“Eh ada Alvin toh, kapan datang?”
Alvin mencium tangan mama sahabatnya yang juga telah dianggapnya sebagai ibunya sendiri dengan sopan. Mama Alvin dan Ify memang bersahabat saat SMA dulu, nggak heran kalau hal tersebut juga menurun kepada anak-anaknya.
“Sejam yang lalu tante. Tadinya mau ajak Ify keluar buat ngehibur si cantik kita yang semalem patah hati ini, eh taunya yang mau diajak masih betah nonton serial favoritnya.” Alvin melirik sekilas ke arah Ify yang masih serius menatap adegan-demi adegan yang tersaji di layar kaca.
“Kayak kamu nggak tau aja Vin, Ify kan emang soulmate banget sama barbie dari kecil. Nggak heran kalau udah gede gini masih juga doyan yang kaya begituan.”
“Eh sipit apa tadi lo bilang? Gue udah move on tauu!!!” gerah juga lama-lama menjadi bahan obrolan mama dan kakak ketemu gedenya, akhirnya Ifypun bergabung dengan mamanya dan Alvin yang hendak membuat sarapan.
***
Suasana Mall Taman Anggrek di Hari Minggu ramainya nggak kira-kira. Mungkin masyarakat perkotaan sudah memiliki mindset sama, yaitu berekreasi adalah pergi ke pusat perbelanjaan. Berhubung Ify dan Alvin hobi bermain ice skating, mereka berencana untuk menghabiskan akhir pekan ini dengan bermain ice skating seharian, tapi ternyata mereka nggak beruntung. Venue yang terlalu ramai membuat keduanya malas dan lebih memilih untuk karaokean saja setelah memutuskan untuk nongkrong bentar di mcd sebelum pergi ke tempat karaoke.
“Jadi apa rencana lo buat move on dari pangeran lo itu?”
“Don’t call him like that. Setelah kejadian semalam Rio udah nggak pantes lagi disebut pangeran.”
“Hah? Lo nggak lagi sakit kan Fy? Tumben sadar hahahaha.” Wajar jika Alvin menganggap hal tersebut mustahil bagi seorang Ify. Pasalnya seorang Mario di mata Ify selalu tergambar sebagai seorang pangeran berkuda yang tampan dan gagah rupawan.
Harus dicatet nih, keajaiban dunia ke-8, pikirnya.
Tukkk! Sebuah sendok plastik berhasil mendarat di kening mulus Alvin.
“Makanya kalo ngomong tuh jangan asal.” Kilah Ify saat Alvin menatap tajam ke arahnya. Dan dengan tanpa dosanya kembali memakan dengan lahap cheese burger miliknya.
“Heran, kelakuan yang kayak gini dipilih jad queen. Nggak ada bagus-bagusnya.” Kata Alvin sembari mengelus-elus keningnya yang mulai memerah.
“Jadi, apa rencana lo?” katanya lagi sambil memfokuskan pandangannya ke arah Ify.
“Bewntawrrr gruweee awbishiin makhan ghue dhuluue.” Dengan mulut mash penuh dengancheese burger, Ify menjawab pertanyaan yang dilontarkan Alvin.
“Jorok! Abisin dulu makannya, baru ngomong Ify Marissaaaaaaa.”
Simple thing that could make you happy. Yang kayak gini nih yang bikin persahabatan mereka awet sampai sekarang. Hal-hal kecil yang nggak pernah luput dari perhatian Alvin yang membuat Ify selalu nyaman dan nggak perlu bersikap jaim di hadapan Alvin.
“Nih, baca.” Ify mengeluarkan sebuah gulungan kertas dari dalam satchel bag miliknya. Kertas berwasa tosca yang digulung rapi dengan pita berwana senada, warna kesukaan Ify.
Proses Rio-detoksifikasi.
Plan A :
-Nggak bakal ketemu Rio kecuali yang berhubungan dengan band maupun tuntutan profesionalitas semata.
-Dilarang keras anter mama ke tempat Tante Manda. Sebagai gantinya Alvin atau Mang Aseplah yang berkewajiban melaksanakan tugas mulia itu.
-Kalau nggak penting-penting amat nggak perlu menghubungi Rio via apapun, entah bbm, line, twitter maupun sms.
-Jangan pernah sekalipun angkat telfonnya, bisa-bisa suaranya bakal bikin lemah dan bikin gagal move on lagi.
-Try to find a new one. As soon as possible!!!
Intinya, Stop kagum sama Rio untuk masa depan yang lebih baik. Fighting!!!!!
Plan B : masih dipikirkan.
Tertanda,
Ify Cantik
“HUAKAKAKKAKAKKAKAKKAK. Yaampun Ifyyyy lo bakat ngelawak darimana sih? Gila ini kocak banget gakuaaat.”
Alvin masih tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perrutnya. Menurutnya, apa yang dituliskan Ify adalah hal paling konyol di dunia. Alvin sih setuju banget kalo Ify menjalankan proses detoksifikasi Rio, tapi nggak perah terfikir kalau step by step yang harus Ify ambil harus seperti itu.
“Diem deh lo sipit. Males gue jadinya. Bukannya dukung adek lo tersayang buat selangkah lebih baik, eh lo malah ngetawain gue.”
“Abis lo lucu banget sih Fy.”
“Hahahahahhaha.”
“Udah puas ketawanya?” sinis Ify sambil melirik tajam ke arah kakak ketemu gedenya itu. Sayangnya Alvin terlalu khusyuk tertawa hingga tak menyadari perubahan mood yang dialami Ify.
“Bete ah gue.” kali ini Ify merapikan gulungan kertas yang telah dibuatnya sepenuh hati tadi malam. Padahal menurutnya hal-hal yang mesti ia kerjakan sesuai dengan list yang telah ia buat bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, butuh proses dan waktu yang tak singkat. Bagaimanapun kebersamaannya bersama Rio selama ini yang nyaris tak terpisahkan akan menjadi penghalang besar baginya.
“Ya maaf fy, jangan bete gitu dong, kan gue cuma bercanda.”
“Nggak mempan senyum lo buat gue, gak bakalan deh bikin gue luluh.” Sewot Ify yang masih kesal dengan kelakuan Alvin beberapa saat yang lalu.
“Oke, oke. Gue bakalan lakuin apa aja biar princess gue yang satu ini nggak marah lagi sama ge.” Ucap Alvin lagi sambil menatap penuh harap pada Ify.
Ify tampak berpikir sebelum mengiyakan pemintaan Alvin. Kesempatan nih, kapan lagi?Pikirnya.
“Gue bakalan maafin elo dengan 1 syarat. Hari ini lo teraktir gue sepuasmya. Nggak mau tau! gue pengen beli sepatu inceran gue terus pulangya kita mampir ke ninotchka, gue kangen udah lama nggak kesana. Deal?” ucap Ify seraya mengangsurkan tangan kanannya untuk bersalaman dengan Alvin.
“Mau gimana lagi, daripada lo ngambeknya lama. Yaudah deh deal.” Alvinpun menyambut uluran tangan Ify dengan tampang ogah-ogahan.
Siap-siap bangkrut deh gue, tambah Alvin di dalam hatinya.
Bukan tanpa sebab kenapa Alvin langsung mengiyakan permintaan Ify tanpa berpikir dua kali. Soalnya Ify kalau lagi ngambek nggak enak banget anaknya. Rio aja pernah didiemin selama seminggu sama Ify gara-gara lupa nepatin janjinya yang mau ngajak Ify seharian main di Dufan dan lanjut trip ke Pulau Tidung. Efeknya Rio harus dirawat di rumah sakit gara-gara thypus karena tiap hari rela hujan-hujanan biar dapet permintaan maaf dari Ify. Mau nggak mau Ify luluh juga dan nggak tega sama kondisi Rio.
Salah Rio juga sih. Tapi Alvin sebagai saksi mata aksi mogok bicara Ify ke Rio ngeri sendiri ngeliatnya. Biar gimanapun dia sayang banget sama Ify dan nggak akan kuat kalau mengalami hal yang sama.
***
“Seneng hari ini?”
“Banget Viiiin. Makasih ya kokoku cayaang.” Kata Ify sambil memeluk manja lengan Alvin.
Jam digital di mobil Alvin sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, nyaris 12 jam Alvin dan Ify menghabiskan waktunya di luar.
“Ya iyalah gimana nggak seneng, udah main seharian, dapet sepatu baru, selusinmacaroon, sama 3 kaleng cake in jar.” Sewot Alvin keki lengkap dengan tampangnya yang merengut.
“Ikhlas kali Vin, yaelah kali-kali amal dikit buat gue.” balas Ify sambil memasang tampanginnocentnya yang nggak mungkin membuat Alvin melanjutkan ocehan panjang lebarnya.
“Yaudah masuk sana. Salam sama tante dan sampein maaf gue karena kemaleman. Jangan sok-sokan begadang malem ini. Awas aja kalo ketahuan.”
“Please deh Vin, kalo dipikir-pikir elo tuh harusnya jadi emak-emak aja. Bawel banget!”
“Sialan. Gue care sama elo tau.”
“Just kidding brother, nyetir yang bener ya ” kata ify sambil melambaikan tangan sering dengan kaca mobil Alvin yang perlahan tertutup..
Seenggaknya Tuhan sayang banget sama gue. Disaat gue butuh sandaran, malaikat penjaga gue berwujud Alvin selalu ada di samping gue.
Sampai mobil Alvin menghilang di belokan barulah Ify membuka pagar dan masuk ke dalam rumahnya masih dengan senyum yang terus mengembang.
TBC....
***
Haloo part 2 datang. Mungkin ada yang bertanya-tanya kenapa settingnya ganti jadi Jakarta. Setelah dipikir-pikir lagi berhubung gue ngga kenal 'medan' Bandung kayak apa jadilah cerita ini balik ke ide asal yaitu pake latar belakang ibukota.
Selamat baca dan semoga suka. Leave your comment guys. Thanks.
IFA
Thankyou for visiting my blog. Let's connect & be a friend:D
Cheers,
Ifa