Reborn #3
Flirtationship, aren’t us?
---------------------------------
Sebuah pajero sport putih terparkir dengan sempurna di kediaman keluarga Wijaya. Wanita paruh baya yang masih jelas terlihat kecantikannya keluar dari mobil tersebut bersama anak lelaki tanggung berpolo shirt putih.
“Yo, beneran mau turun?”
“Iya ma, ada yang harus Rio selesaiin sama Ify. Mama tau kan gimana tersiksanya Rio tanpa Ify?”
“Goodluck ya sayang, mama doain yang terbaik buat kamu.”
****
Sementara itu, di lantai dua rumah bergaya vintage milik keluarga Wijaya, tepatnya di atas balkon, seorang gadis yang merupakan putri tunggal dari sang empunya rumah melirik dengan tidak suka ke halaman depan rumah mereka, khususnya kepada tamu yang baru saja datang ke kediaman mereka.
“Ih mau ngapain lagi sih itu anak satu. Nggak puas apa udah nyakitin gue.” Ify menggerutu dengan kesal sambil melemparkan pandangannya tepat ke arah pintu masuk rumahnya. Kamarnya memang sangat strategis karena bisa mengakses view dari semua sudut rumahnya. Bukan hal yang aneh kalau Ify bisa melihat dengan jelas siapa saja tamu yang datang ke rumahnya.
“Ifyyyyy, turun dong sayang, ada Rio tuh.” Suara Revanya Putri Wijaya, sang mama, terdengar jelas dari lantai bawah dan membuat Ify mau tak mau harus menemui tamu yang sama sekali tak diharapkannya itu. Dengan sedikit touch up dan hanya merapikan rambut serta baju yang dipakainya Ify segera bergegas menghampiri sang mama sebelum dirinya dipanggil untuk kedua kalinya.
“Halo Fy, cantik banget sih kamu. Kok sekarang jarang main ke rumah? Tante kangen banget loh sama kamu.” Amanda memeluk Ify dengan hangat layaknya sang ibu kepada anaknya yang sudah lama tak bertemu.
Nyaris dua minggu sudah proses Rio-detoksifikasi berhasil Ify jalankan dan selama itu pula segala hal yang bisa membuatnya berhubungan dengan Rio otomatis ia hindari, begitupun kunjungan rutinnya ke rumah Rio yang sedianya nyaris tiap hari ia lakukan.
“Hehe Tante Manda bisa aja. Lagi sibuk ngurusin kuliah aja kok tan.”
Gimana gue bisa pasang tampang bete kalo mamanya aja sebaik ini, umpat Ify di dalam hatinya.
“Iya tuh jeng, Ify excited banget sama urusan kampusnya, bahkan ngumpulin berkas aja bela-belain sendiri loh.”
“Tuh yo, kalah kamu. Masa cowok minta dianter mamanya segala.” Amanda menyikut pelan lengan putranya yang duduk persis disebelahnya. Sementara Rio hanya melempar senyum seadanya, dasar mama pake buka rahasia perusahaan segala, batinnya.
“Oiya silahkan diminum sama dicicipi jeng, Nak Rio.”
“Duh jadi ngerepotin nih jeng.”
“Alah, kayak sama siapa aja deh. Kebetulan tadi pagi Ify kepengen bikin cheesecake yaudah deh sekalian aja buat stok cemilan di kulkas.” Revanya tertawa renyah sambil mempersilahkan kedua tamunya untuk mencicipidessert favorit sekaligus buatan putri semata wayangnya itu, putri kebanggaannya.
“By the way, jadi ambil dimana Fy?” kali ini yang terlihat mendominasi percakapan di antara mereka justru sang mama dari kedua pihak.
Sekilas, terlihat, baik Ify maupun Rio terlihat enggan untuk berbicara satu sama lain. Kalau Ify sih sudah pasti malas, sedangkan Rio justru sedang kesulitan untuk mencari waktu dan rangkaian yang tepat untuk memulai percakapannya dengan Ify. Like they used to.
“UPH tante, Fakultas musik, sesuai sama passion aku. Ify liat progressnya bagus banget disana tan.” Tanpa Ify sadari, sepasang mata yang dari tadi terus menatapnya terlihat menghembuskan nafas bahagia. Thanks God! Rio tersenyum tipis mendengar jawaban yang meluncur dari bibir gadis cantik itu, mama emang juara deh!
“Wah sekampus sama Rio dong Fy. Tante lega deh jadinya, nanti kalau Rio bikin ulah atau gimana laporin aja ya ke Tante, kayak biasa Fy.”
Lain Ify lain Amanda, jika Amanda melancarkan pertanyaannya sambil tersenyum, Ify nggak berhenti untuk merutuki nasib sialnya itu, Oh No! gue sekampus lagi sama Rio.
What? Apa-apaaan? Gila gak biasa dibiariiiiin!!!!!
Ify menghembuskan nafasnya dengan kasar dan memutar bola matanya secara perlahan agar tidak terlalu kentara. Jika tidak ingat ada Amanda disini pastinya Ify sudah berteriak dan mencak-mencak nggak karuan.
Kesal sekaligus bete, Ifypun merogoh ponsel yang ia taruh di saku celananya dan secara kilat mengetikkan pesan singkat pada Alvin.
To : Koko Apin
Danger!!! Warning!!!! Siaga satu!!!!
Damn it!!!!!!!!
Unbelieveable!!!!!! gue bakalan sekampus lagi sama Rio :{{{{{
SEND
Sementara Ify sibuk meratapi nasibnya, Rio justru sedang bersyukur sebanyak-banyaknya kepada takdir yang telah membawanya kepada satu kebahagiaan sederhana, sekampus sama Ify.
“Rio ambil jurusan apa memangnya jeng?” kali ini Revanya menimpali perbincangan Amanda dan putrinya, Ify. Sebagai mama sekaligus teman curhat putrinya, tentunya Vanya tahu betul jika perkataan Amanda sedikit banyak menguncang kestabilan hati putrinya yang kini mulai tertata lagi. Tentunya, juga akan mengganggu proses move on yang sudah dilakukan Ify selama ini.
“Sama persis jeng sama Nak Ify, kayaknya kita bakalan besanan nih.”
Uhuuuk. Baik Rio maupun Ify sama-sama tersedak dengan perkataan Amanda barusan.
*****
“Jadi, kenapa lo nyuekin gue selama ini? Lo sengaja ngehindar dari gue Fy?”
“Lo pikir?”
“Fy please dong kasih tau salah gue dimana. Asal lo tau, rasanya kesiksa banget diem-dieman kayak gini. Apalagi semua telfon, sms, mention, bbm, line, bahkan email dari gue nggak ada yang lo jawab.”
Lo pikir gue nggak? Tentunya kalimat sarkastis ini hanya meluncur di dalam batinnya saja. Bisa nambah besar kepala aja tuh si Rio, pikirnya.
Berhubung orangtua dari kedua muda-mudi ini memutuskan untuk belanja bulanan bersama, sebagai tuan rumah yang baik tentunya Ify berkewajiban untuk melayani tamunya dengan baik. Jadilah Ify dan Rio menghabiskan waktu bersama di gazebo belakang kediaman Wijaya.
“Gue sibuk.” Seolah menunjukkan keengganannya untuk berinteraksi dengan Rio, Ify meninggalkan gazebo yang tadi didudukinyabersama Rio dan berjalan ke arah ayunan yang memang disediakan di halaman belakang Keluarga Wijaya.
“Kasih gue clue dong Fy.” Entah kelewat nggak peka atau memang kelewat pikun, bahkan Rio nggak sadar dan nggak tahu salahnya dimana.
“Well, nggak penting. Lagian kita kan emang lagi break latihan band bukan?” balas Ify singkat tanpa menatap Rio.
“Tapi kan selama ini kita masih suka jalan bareng meskipun nggak lagi ada project apapun Fy. Gue ngelakuin kesalahan yang besar banget ya sama lo Fy?”
Ify mendengus kesal melihat senjata andalan yang mulai Rio keluarkan. Apalagi kalau bukan tampang memelasnya yang dilengkapi dengan puppy eyes yang ia miliki. Minta banget deh buat pengen bikin orang luluh.
Ma-le-sin.
“Percuma Yo, udah basi.”
Getaran di saku celana Ify menyelamatkan gadis cantik itu dari tatapan penuh tanya Rio, tatapan yang menuntut penjelasan dari sikap diam Ify selama ini.
From : Koko Apin
HAHAHHAHAHA SELAMAT MENIKMATI ADIKKU YANG CANTIK. LOVEYOU MUAH!!!!
Sialan, bahkan si Apin malah ngasih selamat, bukannya bantuin gue kek.
Oh gawd! Apa salah Ify sih?
******
Sudah setengah jam Berlalu sejak kepulangannya dari rumah Ify dan Rio masih saja terlihat frustasi, makin frustasi malah dengan diamnya Ify. Jika ada pepatah yang mengatakan diam itu emas, dalam kasus ini yang ada diamnya Ify malah makin menyiksanya. Bahkan Alvinpun terkesan enggan membantunya dan mengabaikan bbm, sms, dan telfon darinya.
Gue harus gimana?
Saking frustasinya, Rio memilih untuk tidur-tiduran sambil menscroll timeline twitter di atas ranjang berseprai klub bola kesayangannnya, namanya juga cowok.
Hingga tanpa sengaja iya menemukan sebuah tweet yang menarik perhatiannya dan membuatnya melek seketika.
Flirtationship. More than a friendship, less than a relationship.
Rio membayangkan dengan ngeri hari-harinya yang mungkin akan berubah menjadi kelabu tanpa Ify di sisinya,nggak, nggak bisa dibiarin, lo harus ngelakuin sesuatu yo! Cepat atau lambat.
Sungguh, selama ini ia kelewat nyaman dengan Ify dan menganggap Ify sebagai pusat dunianya, sahabat terbaiknya, dan alasan dibalik senyum dan kebahagiaannya. Bahkan sebagian dari hari-harinya mereka habiskan bersama. Tanpa pernah menyadari kemungkinan adanya hati yang tersakiti dibalik sikapnya yang seperti itu. Toh selama ini Ify baik-baik aja, pikirnya.
Semuanya berjalan lancar sampai pikirannya membawanya kepada kejadian dua minggu yang lalu. dimana secara tidak langsung ia lebih memilih Acha, adik kelasnya, dan terkesan menelantarkan Ify. Sebuah kejadian yang diyakininya kini sebagai awal dari mimpi buruknya, awal renggangnya hubungannya dengan Ify, awal Ify memulai untuk mundur secara perlahan dari kehidupannya.
Flirtationship, aren’t us?
To be continued
********
Hallo! happy fasting everybodeeeeeh. hehe maafin ya udah ngaret entah udah berapa lama. Enjoy it, dan semoga suka ya. Leave ur comment gais:)
facebook-ku error gabisa comment:-(( ini juga baru sempet bacaa.. padahal udh liat dari beberapa hari yg lalu huehehehe
ReplyDeletemaygadddd. rio naksir itu sih ceritanyaa:-((( ga peka amat sihhhh. SUKA KAAKKKK♥♥♥ apalagi alvin-ifynyaa*-* cepet lanjut ya kaakkk
salah bgt baca ini jam 1 malam, jadi tiba-tiba kebawa galaunya ify fah. bagus kok fah, suka. lanjutin lagi yow.
ReplyDeleteSudah hampir dua bulan detoksifikasi Flirtationship-Ifah ... kapan mulai lagi?
ReplyDeleteAaaaakkk, mana lanjutannya mbaaaak?
ReplyDeleteSalam,
Pink