"Motivasi menjadi panitia, apakah sekedar gengsi ataukah ajang aktualisasi diri?"
Sudah sejak lama aku bertanya-tanya, namun belakangan ini sekelumit untaian kata yang tak sengaja terlintas di kepalaku menari-nari dengan ritme yang lebih cepat dengan kuantitas yang lebih banyak dari biasanya.
Di kampusku tercinta, yang tak pernah henti dengan berbagai rentetan acara yang memenuhi di setiap akhir pekan tentunya tak pernah sepi dengan ajang pencarian panitia.
Open recruitment bla..bla..bla...dengan stand-stand pengambilan formulir yang berjejer apik di sepanjang koridor pertama.
Katanya... mahasiswa sukses dan berprestasi itu yang punya kegiatan seabreg-abreg, yang hobinya kura-kura. Kuliah rapat, kuliah rapat.
Dulu, kala aku masih duduk di tahun pertama, rasanya memiliki kebanggaan tersendiri setiap berhasil lolos menjadi crew sebuah kepanitiaan. Biasanya sih seminar. Baik skala kampus, maupun nasional.
Kala itu menghadiri sebuah seminar pun rasanya terasa menyenangkan. Bahkan rela menyisihkan waktu di akhir pekan demi selembar sertifikat dan menyimak ulasan dari narasumber yang tak selalu temanya aku inginkan.
Makin hari, saat kegagalan berubah menjadi keberhasilan, saat kegagalan berujung penerimaan, rasanya semua menjadi hambar. Jenuh, bosan, dan nggak ada tantangan.
Yang seharusnya membuat nyaman malah menjadi beban. Dan mau tak mau semua berubah menjadi tekanan.
Lagi-lagi aku bertanya, "ada apa sebenarnya dengan mereka?"
Motivasi apa yang menjadi landasan bagi mereka yang gemar melakukan sesuatu yang menurutku layak disebut dengan totalitas perjuangan. Yang bahkan tak mendapat imbalan dan tak jarang justru harus mengeluarkan kocek pribadi agar program tersebut berjalan.
Committe needs commitment. Full committment.
Rasa-rasanya aku masih jauh dari itu semua. Daya juangku mungkin tak sehebat mereka, dan komitmenku masih perlu dipertanyakan.
Mencari pengalaman itu penting, tapi yang sesuai dengan keinginan dan hati jauh kebih penting. Bukan sekedar untuk mencoba peruntungan.
Beda kasus jika memang sejalan dengan passion. Karena yang namanya passion nggak akan salah alamat.
Dari kenyamanan menjadi sebuah tuntutan. Dari kenikmatan menjadi sebuah keterpaksaan.
Lantas...masih pantaskah untuk dipertahankan?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Powered by Blogger.
Thankyou for visiting my blog. Let's connect & be a friend:D
Cheers,
Ifa