Siapa coba yang iseng banget punya ide buat bertamu ke rumah orang
waktu hujan deras kayak gini. Gue ngedumel-dumel cantik setelah teriakan Tania
yang super toa tadi. Heran deh, kenapa coba nggak dia aja yang bukain pintu
kalo memang ada tamu. Dasar adek terlalu kekinian!
Tania memang
penganut mager-nista garis keras, kalo nggak penting-penting banget dan kalo
bukan urusannya, ya wassalam aja deh buat nyuruh dia.
Face,
checked. Hairdo, uhm..still looks great. Dengan asal gue mengambil cardigan dusty pink untuk menutupi piyama merah maroon kesayangan gue.
Kapanpun
dimanapun penampilan mesti oke kan?
Tampil cantik itu mutlak. -Vivian, 2014.
Tampil cantik itu mutlak. -Vivian, 2014.
IYA
BENTAR KENAPA SIH GAK SABARAN BANGET, kata gue sewot. Pasalnya nyaris lima menit sekali si tamu
yang-entah-siapa-itu nggak berhenti buat menekan bel. Niat banget sih buat
bikin emosi jiwa. Oh man, gue nggak
mau kena penuaan dini.
Oke,
tarik nafas, dan hembuskan.
And, guess
who comes , yang udah seenaknya mengacaukan leyeh-leyeh time gue?
Gue hanya bisa
melengos melihat siapa yang dengan kurang kerjaannya datang ke rumah gue di
sore yang mendung mencekam gini. Kalau nggak dosa dan nggak punya etika rasanya
pengen gue jeblakin aja pintu jati ini biar mencium jidat mulus makhluk, aargh gue malas mengakuinya, yang tampan nan rupawan di hadapan gue ini.
“Miss me? Udah lama
nggak ketemu dan elo makin cantik aja Sya.”
Dari sekian banyak orang yang gue kenal cuma Nara yang iseng
manggil gue Sya, Sya dari Tarisa katanya. Dulu, dulu banget waktu semuanya
masih indah, gue fine-fine aja
dengernya Tapi sekarang? Iyuwh, Ma-le-sin, malesin pake banget.
Namanya Nara, Nareswara Mahardika. First love sekaligus musuh abadi gue. 16 tahun, kelas sebelas sama
kayak gue. Bedanya waktu kelas 9 dia sempet ikut bokap nyokapnya ke Jerman
karena bokapnya pindah tugas disana. Nggak tahu deh kenapa bisa balik lagi
kesini.
Nggak Nara, nggak Adri. Well, kayaknya
kisah percintaan gue emang nggak jauh-jauh dari ditinggalin dan ditinggalin
(lagi). Nasib banget emang.
“Gue nggak disuruh masuk nih?” Katanya lagi sambil meneliti outfit of the day gue. Siapa suruh main
datang aja kesini. Lagian kalaupun tahu dia bakal datang, ogah banget deh gue
dandan abis-abisan buat ketemu orang macam dia, penjahat wanita. Penebar
harapan palsu.
“Basi lo! Nggak gue izinan masuk toh elo bakalan masuk juga,” balas
gue keki.
Secara gue masih kesal sama kelakuannya di masa lalu. Waktu gue masih
sama Nara. Waktu gue masih seumuran Tania. Ya, masa-masa kelabilan masih sangat
berjaya.
“To the point aja deh,
ada maksud apaan lo dateng kesini?”
“Cailah, sensi banget sist”.
Nara malah senyam-senyum gaje sambil fokus memandang ke arah gue.
“Ga asik lo, gue balik bukannya dikasih pelukan selamat datang
kek, malah dijutekin abis-abisan. Sya, Sya, kalo kayak gini lo makin gemesin
tahu nggak?”
“You wish!” kata gue
makin kesal dengan sikapnya yang sok-iye
banget.
“Dasar cewek, gengsi banget sih lo. Gue serius Sya, gue kangen
banget sama elo. Tahun emang udah berganti, tapi di hati gue elo takkan
terganti.” Kali ini Nara mengucapkannya dengan mata yang berbinar-binar dan
kesungguhan yang terlihat jelas dari raut wajahnya.
Oh My God, rasanya abis ini gue mau
pindah rumah aja.
Oke,
jadi sore gue yang indah, damai, aman dan sentosa harus berakhir kayak gini.
Dengan Nara yang ada di depan gue, dan kilasan flashback yang bolak-balik di pikiran gue dengan seenaknya.
Dan tiba-tiba potongan lagu milik Raisa menjadi penghangat suasana
diantara kami.
Semua yang kurasa kini, tak berubah sejak
kau pergi.
Ku terjebak...di ruang nostalgia.
TANIAAA...ARRGGGGGHHH!!!!!!
Dasar bocah, giliran kepo aja semangat banget, ya, siapa lagi yang
sengaja nyetel lagu keras-keras kayak gini. Bukannya merusak suasana, lagunya
malah makin mendukung suasana.
Tuhan, aku harus apa?
***
Hai...i'm back!! Yap, ini dia part 2 nya, semoga suka!:D seperti yang udh gue bilang di awal kalo cerita ini mengalir apa adanya, just enjoy it gals!
Love xoxo,
@ifaaahsm
Thankyou for visiting my blog. Let's connect & be a friend:D
Cheers,
Ifa