Sambil nulis sambil disponsori Kisah Sebentarnya Tulus. Dua minggu
itungannya sebentar banget kan ya? Anyway sekalian mau #PrayForKelud semoga
semuanya cepat kembali seperti sedia kala. Amiiin.
TARA! Ini masih pare punya cerita bagian pertama. So, tunggu aja ya kelanjutannya.
*********************************************************************************
Pare Punya Cerita :
Mr Bob English Club
Have you heard about “Kampung
Inggris” Pare?
Or....
Have you join course there?
Liburan kali ini, saya dan empat orang teman saya : Ica, Ira, Gina,
dan Ulan mengambil kursus singkat selama 2 minggu di Kampung Inggris Pare.
Berdasarkan rekomendasi teman kami yang pernah mengikuti kursus sebelumnya dan
hasil browsing mbah Google, akhirnya
kami memutuskan untuk memilih Mr Bob English Club. Psst Mr Bob punya akun twitter juga loh, namanya @MrBobPare. Mr Bob
English Club membuka 2 periode kelas
setiap bulannya, yaitu setiap tanggal 10 dan 25. Berhubung kami baru memulai liburan tanggal 18 ke atas, maka kami memutuskan untuk mengikuti kursus di periode 25 Januari 2014.
Kata orang periode 2 minggu untuk menimba ilmu di Pare terlalu singkat, ternyata kami pun merasakan hal yang sama. Ya mau di katakan apa lagi, kampus kami tercinta memang sudah memulai lagi perkuliahan semester baru pada 10 Februari 2014.
Kata orang periode 2 minggu untuk menimba ilmu di Pare terlalu singkat, ternyata kami pun merasakan hal yang sama. Ya mau di katakan apa lagi, kampus kami tercinta memang sudah memulai lagi perkuliahan semester baru pada 10 Februari 2014.
Katanya sih kursus di sini paling casual
di antara yang lainnya. Katanya sih....
So, here we go...
Saya dan ke-4 teman saya sampai di Pare pada tanggal 26 Januari 2014.
Berhubung setiap weekend kegiatan kursus libur, maka kami
sengaja menghabiskan liburan kami dulu di Malang sampai puas dan datang ke Pare
sehari sebelum kursus dimulai. Begitu sampai di Pare, kami sempat terkejut
dengan banyaknya tempat kursus berbahasa Inggris di sepanjang jalan ketika
memasuki tempat “kampung inggris” berada.
Oh, pantesan namanya kampung inggris, dimana-mana tempat kursus bok, begitulah kira-kira yang terlintas di pikiran saya dan teman-teman saya.
Oh, pantesan namanya kampung inggris, dimana-mana tempat kursus bok, begitulah kira-kira yang terlintas di pikiran saya dan teman-teman saya.
Setelah melewati jembatan, tepatnya di Jalan Brawijaya, sampailah kami
di office Mr Bob. Reaksi awal kami
adalah shocked. Gile? Bakalan tidur dimana gue? Pasalnya foto yang kami lihat di website sangatlah berbeda dengan realita
yang ada. Setelah proses registrasi yang cukup alot dan memilih program
yang akan diikuti selama 2 minggu ke depan, kami pun segera menuju ke camp 7. Sebuah rumah yang akan menjadi
rumah kami selama 2 minggu ke depan. Namanya Apple House, rumah bertingkat milik Bunda Izul.
Ternyata kami termasuk ke dalam
peserta yang datang paling akhir alias mepet. Akhirnya saya dan Ira merelakan
diri untuk tidur satu kamar berlima selama semalam. Untungnya keesokan harinya
saya dan Ira sudah bisa berpindah kamar dan ternyata kami ditakdirkan untuk
berada di dalam satu kamar. Satu hal yang membuat saya dan Ira shock adalah kami berada di kamar yang
sama dengan tutor camp kami, Ms
Ratih. OMG!
Pada awalnya Ms Ratih terlihat menyeramkan dan jutek. Peribahasa Don’t Judge The Book By The Cover berlaku
untuknya. Setelah melewati hari demi
hari, kami malah sering bercanda, saling meledek, berbagi cerita, bergosip ria, dan ternyata
Ms Ratih adalah pribadi yang lucu dan menyenangkan.
Tiga hari pertama di Mr Bob kami
merasa homesick. Yap, kami masih
butuh penyesuaian dengan lingkungan yang ada. Peraturan yang ada di camp mewajibkan kami menggunakan bahasa
Inggris selama 24 jam, untungnya kami masih diberi kelonggaran untuk menggunakan bahasa
Indonesia asalkan dengan aksen Cinta Laura. Akibat homesick yang melanda kami, euforia Welcome Party yang
diadakan untuk menyambut member baru dan Watching Movie alias
Nobar belum berhasil menggugah hati kami untuk seutuhnya mencintai Pare.
Di sana, setiap paginya diadakan morning class dengan tutor camp, yaitu setiap pukul 5 sampai 6
pagi. Pagi banget? Tentu. Di sinilah momen yang membuat kami merasa kangen dan
ingin kembali ke sana. Setiap paginya, kami memiliki alarm spesial selain alarm
yang berasal dari ponsel kami masing-masing. Wake up....wake up.....begitulah suara khas nan cempreng dari Ms Ratih setiap
paginya yang membangunkan kami dari tidur nyenyak. Di morning class, kami diajari berbagai macam expression dan diminta untuk membuat
mini drama per kelompok dari expression
yang tersedia.
Selain morning class kami juga wajib mengikuti night class yang dilaksanakan pukul 19.00 hingga 20.00 ,tapi ya
namanya juga masih pra dewasa muda alias masih labil, kami pun mencoba yang namanya cabut kelas. Hasilnya kami mendapatkan poin dari Ms Ratih. Mumpung masih muda bandel-bandel dikit
gapapa kan ya?
Kebetulan saya mendapatkan kelas
jam 7 pagi. Jadi, setelah morning class berakhir, saya harus cepat-cepat
bergegas untuk bersiap-siap sebelum kelas pertama saya dimulai. Oleh karena itu
saya selalu nitip untuk dibelikan
sarapan kepada Ira. Sebut saja Mama Yellow Rice,
jadi di sekitar camp kami biasanya
setiap pagi ada ibu-ibu penjual nasi kuning, nasi pecel, dan nasi campur yang
menggunakan motor. Entah dari mana asal muasalnya ibu tersebut dipanggil dengan
nama mama yellow rice. Harga makanan
yang dijual pun cukup murah, yaitu 3.500 rupiah.
Berdasarkan tujuan utama saya dan
teman-teman yaitu menghabiskan liburan, kami pun memilih kelas yang sesuai
dengan kriteria kami yaitu having fun.
Pilihan saya pun jatuh kepada speak up 2,
tic talk, dan pronoun ½ (baca: pronoun half).
And the journey starts...
Kelas pertama saya adalah speak up 2 class, yaitu kelas speaking without thinking. Di sini kami
diajari untuk berbicara dalam bahasa inggris tanpa perlu berpikir terlebih
dahulu. Automatically, naturally, dan
spontaneously. Tutor saya di kelas ini bernama @artaharta. Beliau masih
tercatat sebagai mahasiswi Arsitektur Universitas Indonesia. Lucunya, tutor
kami tidak mau disebut miss, kami
harus memanggilnya sista. Kesan
pertama yang saya dapatkan ketika melihat sista adalah serem dan jutek. Guess what? Saya tertipu dengan kesan pertama saudara-saudara.
In Fact, sista gokil banget, kocak, dan overload
kreatifnya. Cihuuy,nggak salah pilih!
Di kelas ini setiap paginya kami
memiliki morning conversation, yaitu
membicarakan mimpi-mimpi yang kami miliki dengan tema berbeda setiap harinya
yang dilakukan secara berpasangan. Selanjutnya akan ada stand up show dari masing-masing member yang diberi kesempatan untuk tampil di depan kelas selama 5
menit, temanya bebas, yang penting memiliki moral value dan pesan yang bisa diambil dari kisah tersebut. Terakhir,
kelas dilanjutkan dengan bermain games secara
berkelompok yang biasa kami sebut speaking
with the power of imagination.
Totalnya,
ada 8 mimpi yang saya bagikan dengan teman-teman di kelas ini : Fashion
Designer, pergi ke Paris, memiliki penyewaan motor dan mobil, internship di majalah dan media yang
saya inginkan, lulus tepat waktu di 2015, hingga kriteria pasangan impian masa
depan saya yang seperti apa hehehe. Bahkan, di sini kami ditantang oleh sista
untuk menceritakan mimpi yang seharusnya bisa kami raih namun ternyata tidak
bisa kami raih. Well, i choose dentist.
Kenapa? Ya karena seandainya dulu saya usahanya pol-polan mungkin saya bisa
meraihnya.
Gara-gara kisah dokter gigi ini banyak teman-teman saya yang
mendoakan saya jadi istrinya dokter gigi.
Who knows? Aminin aja kali ya..
Kelas kedua saya adalah pronoun ½ (baca : pronoun half). Jika ditanya lesson
favorit saya di kelas ini maka saya akan menjawabnya “American T. S dan t.”
Nggak tahu kenapa tapi menurut saya keren aja gitu jika bisa mengucapkannya
dengan benar, kaya di film-film luar maupun lagu barat. Di kelas ini kami
diajarkan untuk berbicara bahasa Inggris ala bule.
Belibet? Pasti.
Susah? Apalagi.
Kata Miss Raya, kalau mau sukses belajar pronunciation
yang benar nggak usah malu untuk terlihat jelek. Total aja bro! Mau monyong-monyong kek nggak
masalah karena poin pentingnya adalah bisa karena biasa. Melalui kelas inilah
saya sadar bahwa dari SD sampai kuliah banyak sekali pengucapan bahasa inggris
saya yang salahnya sangat fatal. Better late
than never kan? Akhirnya saya pun sadar dan mengerti kegunaan tulisan mirip
toge (phonetic symbol) yang terdapat
di kamus oxford. Hehe, thanks Miss Raya!
Di foto ini kurang
Fidel (yang entah kemana) dan Abe ( selaku fotografer)
Voila! Kelas terakhir saya adalah tic talk class yang
dipandu oleh uncle. Sebenarnya saat
pendaftaran kelas yang saya ambil adalah Go Go Talk. Berhubung tujuan utama
saya ke Pare adalah liburan, maka saya pun memilih kembali kelas yang
benar-benar membuat saya enjoy dan have fun. Ternyata memang saya nggak
salah pilih. Di kelas ini kami prinsip bermain sambil belajar kerasa banget. Di
mulai dari bermain heaven hell (melatih
konsentrasi), sambung menyambung vocab,
berlatih dengan imajinasi melalui gambar, sampai perang bedak antar member. Really miss that moment! Actually Uncle mukanya
datar banget, tapi entah kenapa uncle selalu
berhasil bikin kita semua tertawa terbahak-bahak dengan ceritanya. Psst disini juga banyak skandal dan
dramanya loh.
Korban keganasan bedak 2014
Ini blur sih tapi lucu, hehe Ka Gilang jadi maskot duyung kelas kami
Awalnya saya dan teman-teman saya
meragukan testimonial-testimonial yang terpampang di akun twitter MrBobPare, masa positif semua sih? Tapi setelah
kami merasakannya sendiri, itulah yang memang terjadi. Too short to stay and too fast to end that happy course and amazing
life.
Peraturan yang paling saya sukai
disini adalah do mistake is a must dan
don’t point-point. Hasilnya adalah
kita jadi PD dan nggak takut untuk mencoba sesuatu, mulai dari mencoba speak full english sampai ngomong di
depan kelas. Tadinya saya juga nggak percaya dengan waktu seminim ini dan
dengan kemampuan yang terbatas ini, tapi ternyata memang begini adanya. Kalo kata
iklan sih, trust me, it works.
Overall, kehidupan 2 minggu Pare saya sangat berkesan dan
menyenangkan. Banyak pelajaran hidup yang bisa diambil hikmahnya. Kembali ke
judul, Pare punya (banyak) cerita. Entah berapa lembar kertas A4 yang akan saya
habiskan untuk menuliskan semua yang saya alami dan saya rasakan selama di Pare
secara detail. Jika diberi kesempatan
lagi untuk kembali ke Pare mungkin saya akan mengambil 3 program lagi : toefl, Go Go Talk, dan pronoun WOW.
Ya, siapa tahu sih....
Next Story ; camp, diary,
pare’s life, friendship, hangout, tourism place, rumour, pare in love.
Tunggu postingan saya
selanjutnya!
ceritanya keren, sista :D
ReplyDelete