Well, kali ini aku mau sharing tentang Kumpul Penulis Pembaca 2015 yang diadakan oleh Gagas Media, awal Desember lalu di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Tepatnya, di Galeri 678, Elmana Cafe dan Never Been Better.
Berbeda dari tahun sebelumnya, kali ini KPP hanya dilaksanakan satu hari saja, yaitu Sabtu, 12 Desember 2015. To be honest, event ini sudah aku tunggu-tunggu banget dan masuk ke list event yang wajib didatangi setiap tahunnya. I loveee novel, especially pop romance.
Bagiku, bertemu penulis dan pembaca lainnya akan menambah pandangan dan wawasan baru. The power of sharing, sebuah kenikmatan dan rasa bahagia yang didapatkan dengan berbagi.
di Galeri 678 kita akan disambut banner besar ini |
Dari penerbit Gagas Media, penulis favoritku adalah Mbak Nina Ardianti. OMG!!! I'm really love the way she writes. Jatuh cinta banget dengan pemilihan kata yang Mbak Nina gunakan. Ada campuran antara bahasa indonesia dan inggris. Tapi menurutku jatuhnya elegan, nggak maksa maupun alay. Suka banget cara Mbak Nina menggambarkan tokohnya, menjabarkan konflik, dan mengaduk-ngaduk suasana hati pembaca untuk ikut terlarut ke dalamnya.
Ups, ini bukan iklan. hehehe.
Partner dateng ke KPP 2015, Izzah, my lil sister |
Book talk 2 CO-KATA
11.30-12.30 | Galeri 678
Ussy Sulistyawati, Conny Wong, Theoresia Rumte
Ini adalah talkshow pertama yang aku ikuti. Seru banget! Tentang menjadi seorang co-author. Yaitu bagaimana kita bisa menuangkan kisah orang lain ke dalam sebuah novel. Tanpa melebih-lebihkan maupun dikurang-kurangi. Bagaimana menggali kisah dengan baik dari si narasumber dengan mendapatkan feeling dan emosi yang ikut terbawa ketika dikisahkan.
Susah-susah gampang, karena penulis harus bisa menempatkan dirinya sebagai si empunya cerita. Butuh kerjasama yang bagus dan menumbuhkan chemistry yang kuat antara penulis dengan narasumber. Di sini, Mbak Conny menceritakan proses pembuatan novel yang diangkat dari kisah nyata Ussy dan Andhika, sedangkan Mbak Theo menceritakan novel yang ia tuliskan dari kisah hidup Abdi ex Slank. Menarik banget!
Pembicaranya kurang satu, Mbak Conny masih terjebak hujan |
13.00-15.00 | Never Been Better
Cindy Gulla, Ry Azzura, Agung Nugroho
Kelas ini nggak kalah seru. Asyik banget, waktu dua jam pun nggak berasa. Di kelas ini dikupas tuntas mengenai awal mula sebuah novel dari mulai ide sampai diterbitkan. Bukan cuma tentang naskah yang masuk ke redaksi, tapi juga tentang bagaimana penerbit hunting, mencari bakat-bakat terpendam penulis selain dari naskah yang masuk ke penerbit.
Diceritakan oleh kak Ry Azzura dari Bukune bahwa penerbit mencri calon-calon penulis dari blog-blog pribadi hingga wattpad (yang saat ini sedang tren). Wah bikin tambah semangat untuk mulai nulis lagi deh. So, jangan mudah menyerah! siapa tahu editor-editor dari penerbit yang kamu idam-idamkan sedang memantau blog mu.
Menurut Kak Ry, banyak bibit penulis handal yang membuat editor kepincut untuk menjadikannya sebuah novel, tapi sayangnya postingannya tidak berlanjut dan berhenti di tengah jalan, Padahal kisahnya seru dan sangat layak untuk dijadikan sebuah novel. Wah, bagian ini saya sedikit tersentil mengingat cerbung-cerbung saya yang terbengkalai. Sekaligus sebagai sebuah pecutan untuk menulis lagi.
suasana afternoon class |
Psst ternyata tim desain pun harus memahami novel tersebut seperti apa, menceritakan apa, sasaran pembacanya siapa. Karena cover merupakan hal yang paling awal dilihat oleh pembaca. Apakah cover tersebut bisa membuat pembaca jatuh cinta pada pandangan pertama dan tertarik untuk membelinya. Menurut Agung, pepatah don't judge the book by the cover, tidak berlaku untuk hal ini. Kenapa? Karena selain sinopsis dan penulis, hal yang membuat pembaca menjadi kepincut untuk membeli novel tersebut adalah covernya.
Meet new friends, Sheilla |
Tara, selanjutnya ini dia talkshow terkakhir yang aku ikuti. Sebelum pulang tentunya.
Book talk 4: When Author Meet Visual Artist.
15.00-16.30 | Galeri 678
Sweta, Nusantarangers, Windry Ramadhina
Buatku, selama ini kalo bikin tokoh, selain memang berasal dari khayalan sendiri, ya ngebayangin sosok artis tertentu. Untuk fisik sih biasanya. Soalnya rasanya lebih gampang aja buat mengkoneksikan dengan imajinasi dan jalan cerita. Di book talk ini, aku mendapatkan ilmu baru untuk mendeskripsikan dan memvisualisaikan tokoh di dalam cerita kita.
Mbak Windry Ramadhina biasa memiliki satu buah buku khusus untuk mendeskripsikan karakter tokoh yang dibuatnya sedetail mungkin. Bukan hanya secara fisik, tapi sangat lengkap sampai hal-hal terkecil. Hobi, sifat, hal yang disukai, hal yang dibenci, makanan kesukaan, minumaan kesukaan, impian, moodnya seperti apa, senang dengan artis siapa, jenis musik kesukaannya, dan lain-lain.
Untuk fisik pun sangat detail, bentuk mukanya seperti apa, berapa cm tingginya, warna kulitnya apa. Bahkan perubahan ekspresi dan mimik muka pun dituliskan secara rinci. Menurut Mbak Windry hal ini sangat membantu kita dalam membuat karakter yang kuat dan membantu jalan cerita.
Para host dan pembicara |
Di book talk ini saya terkagum-kagum dan terpesona dengan karya anak bangsa. Jadi, ternyata saudara-saudara, ada anak muda kreatif yang menciptakan tokoh super hero dengan dikemas secara apik dan modern namun mengandung misi budaya dan merupakan perwakilan tokoh-tokoh nusantara. Nusantaranger namanya.
Ah, keren banget!!! thumbs up banget pokonya. Ini nih generasi muda yang menggunakan teknologi untuk melestarikan budaya negeri tercinta, Indonesia. Melalui ini. kak Sweta dan pencipta Nusantarangers yang sayangnya aku lupa nanmanya ingin memperkenalkan dan mensosialisasikan kisah-kisah nusantara dan cerita rakyat kepada generasi muda saat ini.
Interaktif banget, hidup banget suasananya. Hal ini juga didukung oleh host super kece, Kak Theo. Rasanya nggak pengen selesai deh. Oiya di sesi ini aku juga mendapatkan hadiah komik karena bertanya. Lumayan ya :)
Nggak afdhol ya, kalau pulang tanpa membawa buku baru. Setelah sempat bingung mau membeli apa, akhirnya aku menjatuhkan pilihan pada novel What If milik Morra Quatro. Meskipun cara menulis novel ini bukan tipe favoritku, dari gaya bahasanya maksudnya. Tapi sinopsisnya berhasil membuatku jatuh cinta untuk membelinya dan penasaran untuk membacanya. Dan ternyata aku nggak salah pilih hehe lumayan seru juga sih dan banyak wawasan baru yang aku dapat.
Overall, acara KPP 2015 ini seru dan memuaskan kebutuhan para pembaca untuk bisa berinteraksi langsung dengan para penulis. Meskipun KPP kali ini menurutku agak terasa lebih sepi sih pengunjungnya, mungkin efek lokasinya kali ya. Saran aja sih, semoga tahun depan, pemilihan lokasi yang lebih mudah dijangkau lagi dan tentunya yang akses angkutannya mudah.
Thankyou Gagas, Bukune, dan kelompok Agromedia. ditunggu keseruannya tahun depan.
XOXO,
Ifa, penikmat kata.
Ah, keren banget!!! thumbs up banget pokonya. Ini nih generasi muda yang menggunakan teknologi untuk melestarikan budaya negeri tercinta, Indonesia. Melalui ini. kak Sweta dan pencipta Nusantarangers yang sayangnya aku lupa nanmanya ingin memperkenalkan dan mensosialisasikan kisah-kisah nusantara dan cerita rakyat kepada generasi muda saat ini.
Interaktif banget, hidup banget suasananya. Hal ini juga didukung oleh host super kece, Kak Theo. Rasanya nggak pengen selesai deh. Oiya di sesi ini aku juga mendapatkan hadiah komik karena bertanya. Lumayan ya :)
Nggak afdhol ya, kalau pulang tanpa membawa buku baru. Setelah sempat bingung mau membeli apa, akhirnya aku menjatuhkan pilihan pada novel What If milik Morra Quatro. Meskipun cara menulis novel ini bukan tipe favoritku, dari gaya bahasanya maksudnya. Tapi sinopsisnya berhasil membuatku jatuh cinta untuk membelinya dan penasaran untuk membacanya. Dan ternyata aku nggak salah pilih hehe lumayan seru juga sih dan banyak wawasan baru yang aku dapat.
Yes, I'm Kolaboratif Junkie:D |
Thankyou Gagas, Bukune, dan kelompok Agromedia. ditunggu keseruannya tahun depan.
XOXO,
Ifa, penikmat kata.
Seru banget nih kayaknya Ifa, kalau ada event tulis menulis lagi colek2 aku ya ;)
ReplyDeletesiaap nanti aku chat ya!:D
DeleteWohooo kalo dari semuua itu favorit gue mbak theoooo. Aaaaaaakk?!!
ReplyDeleteyup, doi gokil banget ya! honestly gue belum pernah baca tulisannya kak Theo. Noted deh:)
Delete