Kok tumben pakai baju bernuansa etnik? Ada acara yah?
Duh nggak banget deh hangout pake motif etnik..
Etnik? nggak anak muda banget deh lo.
Setuju nggak sih dengan statement-statement di atas?
Sebagai anak Generasi Y alias generasi twenty something, saya merasakan hal yang sama bahkan pernah mendapatkan pernyataan serupa. Misalnya ketika saya mengenakan rok batik saat pergi ke kampus. Padahal saat itu saya memadukannya dengan busana kasual yaitu long cardigan.
Memang tidak dapat dipungkiri jika mengenakan kain etnik ataupun nuansa batik identik dengan menghadiri acara resmi ataupun acara budaya. Kenapa? karena memang motif yang ada saat ini, sejauh yang saya temukan sih masih kurang merangkul selera anak muda dan memberikan kesan yang terlalu formal jika digunakan di acara santai.
Pesona etnik dan batik untuk anak muda? Mungkin nggak sih?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, Komunitas Desainer Etnik Indonesia (KDEI) ingin memberikan nuansa baru pada seni tekstil kain indonesia, seperti kain batik, songket, lurik, ikat sulaman dan lain-lain agar kain seni budaya etnik Nusantara semakin diterima masyarakat Indonesia, khusunya kalangan anak muda. Terobosan yang ingin diberikan oleh KDEI adalah mengeluarkan outfit nuansa etnik dengan motif dan model yang lebih kekinian.
suasana saat press conference (captured by : nia nastiti)
Bertempat di restoran Batik Kuring, di kawasan SCBD, Kamis (2/3/2016), Komunitas Desainer Etnik Indonesia (KDEI) bersama perwakilan dari Cinere Bellevue Mall dan resto Batik Kuring menggelar Mini Fashion Show sekaligus Social Media and Blogger Gathering sebagai pre event Grand Launching Komunitas Desainer Indonesia di Cinere Bellevue Mall, Selasa 8 Maret 2016.
Di acara tersebut, ketua KDEI H.Raizal Rais, Bac menyampaikan bahwa visi misi dibentuknya KDEI adalah sebagai wadah untuk menyatukan pengrajin dan desainer etnik di seluruh Indonesia sehingga ke depannya wastra tradisi Nusantara ini bisa menjadi identitas bangsa Indonesia dan kain etnik nusantara menjadi busana favorit masyarakat Indonesia dalam berbagai suasana.
venue acaranya (pic by me using my sist phone camera :)) |
Busana dengan bahan etnik nusantara identik dengan harganya yang pricey dan hanya digunakan untuk masyarakat menengah ke atas. Hal ini karena permintaan terhadap busana etnik tidak sesuai dengan busana etnik yang diproduksi. Salah satu desainer etnik, Sony, memberikan contoh bahwa di Thailand, harga busana dengan kain etnik sangat terjangkau dan bisa dinikmati oleh berbagai kalangan karena permintaan terhadap produk tersebut pun tinggi.
Untuk itu KDEI menggandeng para blogger untuk bekerjasama dalam melestarikan budaya Indonesia di kalangan anak muda. Jujur saya terpesona saat melihat mini fashion show dari KDEI. Ternyata produk Indonesia nggak kalah oke kok dengan produk luar yang hits dan kekinian.
Beginilah decak kagum saya saat melihat mini fashion show dari KDEI:
Wow, ternyata busana etnik nggak kalah keren ya.
Super cool, bagus banget nggak nyangka!
Keren, thumbs up deh!
Penasaran dengan busana yang diperagakan saat mini fashion show? So, here it is. Masih dari jepretan kecenya Nia Nastiti.
Batik Jakarta. Keren yah roknya, gemes banget sama gambar ondel-ondelnya. |
Dress bermodel ruffle ini juga dibuat dengan kain etnik. Cocok banget nih ya untuk ke pesta atau buat akad nikah, maybe? |
Jumpsuit dengan sentuhan etnik nggak kalah keren yah? |
Jaket bernuansa etnik yang bisa digunakan untuk hangout |
Wear this coat etnik for party, why not? |
Etnik special lunar year. Busana ini yang jadi favorit saya banget |
Terlihat cantik dan chic dengan kebaya. |
Abaya etnik dengan hijab syar'i. Membuatmu nampak anggun dan elegan dalam balutan warna putih |
Kalau buat saya sih cowok pakai batik tingkat kegantengannya naik beberapa level hehehe |
busana etnik dalam balutan nuansa kuning yang hits tahun ini |
Siapa bilang baju koko dan kain etnik tidak bisa bersatu? |
Kalau kamu penasaran dengan koleksi lainnya dari Komunitas Desainer Etnik Indonesia, maka kamu wajib datang ke Grand Launching KDEI dan Fashion Show Busana Etnik di Cinere Bellevue Selasa depan tanggal 8 Maret 2016 yang dimulai pukul 2 siang. Catat tanggal,waktu, dan tempatnya ya! Psstt...Didit Maulana dan Dian Pelangi juga tergabung di KDEI yang menaungi 72 desainer etnik di seluruh Indonesia lho.
Kalau saya sih jadi semakin cinta dengan produk buatan anak bangsa ini. Semoga ke depannya harganya lebih bersahabat di kantong kita-kita yang masih muda ini dengan budget terbatas ya!
Let's wear and love local product guys!
See you selasa besok! Sama-sama kita jadi saksi kebangkitan etnik Indonesia ke arah yang lebih baik dengan model serta motif yang menarik dan kekinian ya! Terima kasih banyak IHB (Indonesian Hijab Blogger) dan KDEI untuk kesempatannya! Untuk mengetahui info terupdate seputar Komunitas Desainer Etnik Indonesia kamu bisa memfollow akun instagram @komunitaskdei lho.
Terakhir, seperti biasa acara diakhiri dengan foto bareng semua peserta yang hadir dan special foto bersama IHB babes dengan hp andalan milik Kak Lisna. Di event ini alhamdulillah saya mendapatkan teman-teman baru yaitu Tia, Gena, dan Tini. Nice to meet you all!
cheers! :D |
Wefie bersama salah satu desainer kece kebanggaan Indonesia, Mas Sony |
Favorit banget jaket etniknya Mas Sony. Psst pemakaiannya bisa dibolak balik loh dan keren banget bagian dalamnya. kalo kata Mas Sony sih less is more. Biar simpel tapi stand out. |
Salam,
Ifa, yang juga bercita-cita sebagai desainer
Sis, yg motifnya ondel2 batik designernya siss. Yang dipake model tanjidor siiiisss,hahaha. Tapi asli bagus2 emang. Harganya pun bagus bingits. Hahaha..
ReplyDeletethankyou revisiannya siiis. hahaha segera diganti :D Yup! kalo sekelas lisnatul jannah mah udah ngga pricey yah :p
DeleteIfaaa dan Mba Lisna, nice to meet you too!hehe..emang yah bagus-bagus bener koleksi rancangan komunitas designer etnik indonesia ini..btw, mampir-mampir ya ke blog-ku: http://alamakjantruth.blogspot.co.id/ Thank you!
ReplyDeleteAku sudah main ke blognya Kak Gena :D iya banget kak sayang belum terjangkau ke kantongku nih :'D
DeleteAduh....aduh....udah pada naik cetak aja nih, akuh merasa terintimidasi ha ha ha....itulah persoalan Indonesia, barang etnik mahal karena permintaan terbatas nggak kayak begara tetangga, Kita lebih suka pakai produk Luar daripada Lokal :(
ReplyDeleteAyo kak Anggi dibikin postingannya :p
Delete