Bintjang Tjantik di kedai Antik: Kedai Tjikini. Hola gengs! Akhirnya bikin postingan lagi tentang kuliner. Yeay! Postingan kali ini nggak cuma membahas Kedai Tjikini, tapi juga mengenal lebih dekat my blogger babes alias teman-teman hore-horean di dunia perbloggeran. Simak terus ya postingannya sampai selesai. Cekidot! 

Kedai Tjikini

Pertama-tama kayaknya kita harus kenalan dulu yah sama venue tempat kami bertemu. Jadi kira-kira tiga minggu yang lalu, selepas acara Taman Pandang Istana, saya dan teman-teman blogger berkunjung ke Kedai Tjikini. Niatnya makan karena kelaparan sambil malam mingguan. *ahey* 

Kebetulan lokasi acara di Taman Pandang Istana dan Kedai Tjikini tidak terlalu juah, jadilah kami melipir ke sana.

Tampak depan Kedai Tjikini saat siang hari (dok: google)

Selain karena lapar, alasan lainnya adalah penasaran dengan kedai antik nan jadul di daerah Cikini yang cukup hype di kalangan pecinta kuliner. By the way, dua tahun yang lalu, waktu masih semester 4, aku dan kedua sahabatku juga pernah berburu kuliner di daerah Cikini, lho. Sayangnya waktu itu belum ngeh sama Kedai Tjikini ini. (Baca juga: Lost in Cikini)

Balik lagi ke Kedai Tjikini, awalnya aku kira Kedai Tjikini sudah lama ada. Ya minimal di atas 5 tahun. Ternyata setelah browsing-browsing aku menemukan fakta yang mengejutkan. Kedai Tjikini ternyata baru didirikan pada tahun 2011. Nggak nyangka deh!

suasana saat malam hari. Bergaya ala eropa banget ya? Kaca besar tembus pandang (dok: google)

Kesan pertamaku saat sampai di Kedai Tjikini adalah langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Suasananya itu lho, asik banget! Perpaduan antara suasana tempo dulu, remang-remang, dan terasa romantis. Suasana semakin syahdu dengan alunan lagu yang sengaja diputarkan untuk menghibur pengunjung. Bikin rileks dan bahagia! Kedai Tjikini menurutku cocok banget buat bernostalgia dan berbagi kenangan. *asek*

Kedai Tjikini ini berada di Jalan Cikini Raya No.17, tepatnya di seberang Menteng Huis. Kalau nggak jeli agak kurang terlihat sih saat parkiran penuh hehe. Kalau dari stasiun Cikini bisa naik bajay atau kalau mau aman naik ojek online saja. Nah kalau mau iseng jalan kaki juga nggak terlalu jauh sih (pengalaman jaman dulu jalan kaki ke cheese cake factory). Paling agak ngos-ngosan lumayan banyak hehe.

Suasana bagian dalam kedai tjikini saat malam hari. Remang-remang romantis kan? (dok: google)

Kenapa dinamakan Kedai Tjikini? Saat browsing, aku menemukan fakta menarik lho tentang asal usul Kedai Tjikini. Pemilik Kedai Tjikini ingin menghidupkan kembali sepenggal kenangan ujung Jalan Cikini, yang ketika itu banyak ruko yang tutup. Banyak juga gedung yang berpenampilan gelap dan muram. Jadi ternyata Kedai Tjikini merupakan renovasi dari sebuah restoran tua yang mau tutup.

Kedai Tjikini sengaja didesain sedemikian rupa untuk menjadi kafe yang antik, lawas, dan otentik. Vintage vintage ala kafe di Eropa gitu deh, Tapi tenang saja, menunya kebanyakan menu lokal kok. Dan satu hal yang patut diacungi jempol adalah: makanannya non MSG, sist!

Terlalu gemay rak tempat menata kopi, teh, dan gelas-gelasnya yah?! (foto: sumber)

Kedai Tjikini merupakan tempat yang tepat untuk kamu bernostalgia dengan menu tempo dulu. Nah saat memesan makanan aku sempat bertanya ke waitersnya, menu apa yang jadi andalan di Kedai Tjikini. Salah duanya adalah lontong cap gomeh dan sup pindang bandeng. Saat bintjang tjantik di Kedai Tjikini, aku sempat mencoba sup pindang bandengnya. Seger banget dan enak banget! Recommended!

penampakan lontong cap gomehnya

Awalnya aku ingin memesan lontong cap gomeh, tapi saat itu aku merasa kayaknya terlalu berat deh untuk di makan di malam hari. Eh ujung-ujungnya aku jadi menyesal. Di Kedai Tjikini aku memesan bakso bihun. Kalau sup pindang bandeng merupakan pesanan adikku. Tepat banget pilihannya! Next visit kali ya aku harus mencoba lontong cap gomeh dan es krim ragusanya? Tapi kangen sup pindang bandengnya juga. Nagih banget sist! hehe. Sayang nggak ada foto sup pindang bandengnya, keburu habis dilahap.

ilustrasinya mungkin speerti ini (dok: sumber)

Selain bernostalgia dengan makanan tempo dulu dari dessert hingga main course, yang perlu kamu coba di Kedai Tjikini ini adalah kopinya. Buat kamu yang mengaku pecinta kopi wajib hukumnya mencicipi kopi-kopi lokal di sini. Dilihat dari segi harga, menurutku harganya standar untuk harga kafe. Sekitar 30-50k. Ya lumayan pricey sih buat anak kuliahan. Asal nggak sering-sering nggak apa apa lah ya.

Buat kamu yang beragama Islam juga nggak perlu khawatir karena Kedai Tjikini menyediakan musholla. Tjakep ya? Oiya Kedai Tjikini ini terdiri dari dua area, smoking dan non smoking area. Buat pecinta OOTD juga nggak perlu khawatir karena banyak spot yang bisa kamu jadikan tempat OOTD di sini. Dengan catatan nggak lagi penuh yah kayak waktu aku ke sana. Selain itu banyak banget benda-benda atau spot yang instagramable di sini. Sayangnya hapeku lowbat waktu itu.

Blogger Horeey

Di atas, aku sempat menyinggung tentang Blogger Horeey. Apa sih Blogger Horeey? Sebenarnya nggak sengaja terbentuk nama Horeey. Awalnya kita pakai nama "Bukber Chatime" di grup wa. Alasannya simpel, kumpulan orang-orang yang janjian buka bersama sambil minum chatime. Blogger Horeey sendiri terdiri dari 6 orang, Nia, aku, Kak Sandra, Kak Lisna, Kak Aie, dan mamtir Anggi. Sebenernya ini iseng-iseng nggak berhadiah aja, kebetulan kita anaknya suka hore-hore, dan sejak mengikuti beberapa eventnya Indonesian Hijab Blogger ternyata klop. Jadi makin sering barengan deh.

Blogger Horeey + Mbak Idhan + adekku, Ilmi

Meskipun lintas generasi, secara tiga orang udah married, tapi aku nyaman bersahabat dengan blogger-blogger kece ini. Motto kita sih: empower each other. Terutama tentang dunia perbloggeran. Semenjak berkomunikasi intens dengan kelima kakak-kakak ini (asli senang banget karena aku paling muda hehehehe) aku semakin produktif dalam ngeblog. Kemajuan besar banget untukku setelah tahun lalu kebanyakan berkutat dengan skripsi. *asik*

Hmmm..kayaknya nggak cukup yah mengupas tuntas tentang Blogger Horeey di sini. Enaknya di bikin postingan lain kali ya? *soon* *soon*

the birthday girl (foto edited by mamtir)

Saat kami berbintjang tjantik di Kedai Tjikini, terlintas ide dadakan dari Kak Aie Aryulie dan mamtir anggi (baca: mama tiri) untuk merayakan ultah Kak Lisnatuljannah. Rezeki emang nggak ke mana yah sist tenyata. Pesanan kami di Kedai Tjikini di traktir oleh Kak Lisna :D (Rezeki anak sholeh hehehe).

Nggak afdhol kalau nggak foto syantik (makasih udah difotoin nia :D)

Overall, aku cukup puas dengan Kedai Tjikini. Terutama dari segi ambiencenya. Bukankah sekarang suasana yang nyaman jadi poin penting sebuah kafe kan? Buat kamu yang kebetulan main ke daerah Tjikini boleh banget mampir ke sini. Jangan lupa bikin reviewnya ya! Dan kabari aku, siapa tau ada menu wajib yang harusnya kucoba tapi aku belum tahu.

Meme bikinan Mamtir

Berkumpul bersama orang-orang yang menyenangkan di tempat yang nyaman sangat menyenangkan ya. Bikin rileks dan bahagia. Memang benar ya kata Abdul bahwa bahagia itu sederhana.

meme bikinan mamtir (2)

Makan-makanan enak bersama orang-orang menyenangkan yang asik diajak bertukar pikiran di tempat yang nyaman sudah membuatku bahagia. *bukan peres*

Sampai jumpa di postingan kuliner berbumbu curhat berikutnya.

Baca juga postingan tentang Kedai Tjikini versi Blogger Horeey lainnya:
Nia : Saturday with Blogger Hoorey at Cikini
Mamtir: Review Kedai Tjikini
Kaka Aie: Kuliner Rasa Batavia

With love,

Ifa yang anaknya gampang diajak kulineran